Cari Blog Ini

Sabtu, 10 April 2010

STRIKTUR URETRA

PENDAHULUAN
Trauma pada urethra pada umumnya disebabkan oleh trauma pelvik pada laki-laki. Trauma ini akan menyebabkan keadaan komplikasi kronis berupa striktur urethra, impotensi, dan inkontinensia urine. (1)
Striktur urethra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, striktur urethra dapat disebabkan oleh trauma atau infeksi. Meskipun urethritis gonococcal sudah jarang menyebabkan striktur urethra, namun infeksi masih merupakan penyebab utama. Yang tersering adalah akibat pemakaian cateter dalam waktu lama sehingga menyebabkan iskemia dan trauma interna. Trauma eksterna meliputi trauma pelvik yang dapat menyebabkan kerusakan parsial atau komplit pada membran urethra sehingga menimbulkan striktur. (2)

ANATOMI URETHRA
Urethra adalah suatu tabung yang berfungsi untuk mengalirkan urine dari kandung kemih ke dunia luar. Uretra pada laki-laki lebih panjang dari wanita. (2)
Urethra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior. Urethra anterior dibagi lagi menjadi meatus urethra, pendulans urethra dan bulbus urethra. Urethra anterior ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas di luar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah. Urethra posterior dibagi menjadi prostat urethra dan membranancea urethra. Urethra posterior terletak di posterior tulang pubis di anterior rektum, terdapat spinkter internus dan eksternus sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi sulit. (3)

DEFINISI
Striktur urethra adalah berkurangnya diameter dan atau elastisitas urethra yang disebabkan oleh jaringan urethra diganti jaringan ikat yang kemudian mengkerut menyebabkan lumen urethra mengecil. (3,4) Penyempitan lumen urethra disebabkan oleh dinding urethra mengalami fibrosis dan pada tingkat yang parah terjadi fibrosis korpus spongiosium. (5)

ETIOLOGI
Striktur urethra disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
1. Infeksi.
Infeksi dari urethra adalah penyebab tersering dari striktur urethra, misalnya infeksi akibat transmisi seksual seperti uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika. Dapat juga disebabkan oleh infeksi sebagai komplikasi pemasangan dan penggunaan kateter dalam jangka waktu lama.
2. Trauma.
Cedera pada urethra dapat menyebabkan ruptur urethra anterior atau posterior, cedera yang telah menyembuh dapat meninggalkan jaringan skar yang akan menyebabkan striktur. Trauma yang menyebabkan striktur urethra adalah trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi atau tindakan transuretra uretra yang kurang berhati-hati.
3. Kongenital.
Beberapa bayi lahir dengan striktur urethra, misalnya meatus stenosis congenital, klep urethra posterior. (3,4,5,6,7)

PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan menyebabkan terbentuknya jaringan sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks pada lumen urethra menimbulkan hambatan aliran urine hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat akan mecari jalan keluar di tempat lain (di sebelah proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan abses periurethra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling. (4)

GEJALA KLINIS
 Berkurangnya aliran urine. Ini merupakan gejala umum pertama yang sering ditemukan. Ketegangan saat berkemih adalah hal yang biasa ditemukan, tetapi kemacetan total atau lengkap jarang terjadi.
 Pancaran air kencing kecil dan bercabang.
 Perasaan tidak puas setelah berkemih.
 Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
 Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
 Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.
 Kadang-kadang dijumpai infiltrat, abses dan fistel.
 Gejala lanjut adalah retensio urine. (3,5,6,7)

DERAJAT PENYEMPITAN URETHRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur urethra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
 Ringan, jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen urethra.
 Sedang, jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen urethra.
 Berat, jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen urethra.
Pada penyempitan derajat berat, kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. (5)

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis. Pada anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra juga untuk mencari penyebab striktur urethra.
Pemeriksaan Fisik. Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan penderita juga untuk meraba fibrosis di urethra, infiltrat, abses atau fistula.
Pemeriksaan Pembantu/Penunjang. Pemeriksaan ini terdiri atas:
1. Laboratorium:
 Urine dan kultur urine untuk melihat adanya infeksi.
 Ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi/faal ginjal.
2. Radiologi:
Diagnosis pasti dapat dibuat dengan uretrografi, yaitu retrograde uretrografi (RUG) dan voiding cysto uetrografi (VCUG). Cara melakukan pemeriksaan ini adalah dengan memasukkan bahan/zat kontras ke dalam urethra menggunakan adaptor khusus yang terdapat pada lapisan ujung penis. Film dibuat pada saat kontras dimasukkan dan setelah berkemih. Dengan pemeriksaan ini diharapkan disamping dapat dibuat diagnosis striktur urethra juga dapat ditentukan panjang striktur, ini penting untuk perencanaan terapi/operasi.
3. Uretroskopi:
Pemeriksaan dengan endoskopi untuk melihat secara langsung adanya striktur.
4. Uroflometri:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah urine yang dipancarkan per detik normal flow maksimum laki-laki adalah 15 ml/detik, dan wanita 25 ml/detik. (3)

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding striktur urethra antara lain:
1. Benigna prostat hipertropi.
2. Carsinoma urethra. (2)

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan laju aliran air kemih, meredakan gejala, dan mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
 Dilatasi (pelebaran) dari striktur urethra adalah cara perawatan yang sederhana. Ini biasanya dilakukan dengan memasukkan suatu tangkai plastik yang tipis ke dalam urethra. Secara perlahan-lahan tangkai tersebut dimasukkan dan secara berangsur-angsur akan melebarkan striktur tersebut. Perawatan ini pada hakekatnya dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa dan jaringan skar pada urethra. Oleh karena itu, cara perawatan ini harus diulang kembali ketika gejala dan tanda striktur urethra muncul kembali.
 Suatu prosedur yang dikenal dengan nama urethrotomi adalah merupakan perawatan pilihan lain. Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan suatau telescope ke dalam urethra untuk melihat lokasi striktur secara terinci. Setelah itu dengan memasukkan suatu pisau yang tipis untuk memotong striktur dan lumen menjadi lebih lebar. Sekitar separuh dari pasien akan sembuh dengan baik dengan perawatan ini. Walau bagaimanapun, cara ini tetapi akan meninggalkan jaringan parut dan mungkin harus diulangi perawatan pada waktu yang akan datang.
 Operasi adalah perawatan pilihan jika kedua cara diatas tidak memberikan hasil yang baik. Suatu striktur yang pendek dapat dipotong kemudian kedua ujungnya disatukan kembali. Jika striktur panjang, maka dipasang skingraf pada uretra tersebut.
Antibiotik dapat diberikan dan bertujuan untuk mencegah infeksi atau peradangan saluran kemih dan komplikasi sampai setelah striktur tersebut berhasil dilebarkan. (5)

KOMPLIKASI
Obstruksi urethra yang lama akan menimbulkan stasis urine dan menimbulkan berbagai komplikasi anatar laian:
1. Infeksi. (saluran kemih, prostat, ginjal)
2. Divcertikel urethra atau buli-buli.
3. Abses periurethra.
4. Batu urethra.
5. Fistel uretro-kutan.
6. Karsinoma urethra. (5,6,7)

PROGNOSIS
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (5)

DAFTAR RUJUKAN

1. Smith JK., Schauberger JS., Kenney P. Updated: May 14, 2004. In: Http:// www.eMedicine.com/genitourinary/stricture_urethra.
2. Tanagho EA., MCAninch JW. Urethral Stricture. In: Smith`s General Urology. Lange Medical Books/McGraw-Hill. New York. 670 – 72.
3. Achmad IA. Striktur Uretrhra. Dalam: Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995; 152 – 156.
4. Sjamsuhidajat R., Wim de Jong. Striktur Urethra. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997; 1018 – 19.
5. Purnomo BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Penerbit fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang. 2003; 153 – 6.
6. Http://www.yahoo.com/search/cache?/stricture_urethral.
7. Guerriero WG., Devine CJ. Strictures. In: Urologic Injuries. Appleton-Century_Crofts. 171 – 87.
8.http://dokmud.wordpress.com/2009/10/24/striktur-urethra/#more-98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar